Tentang Takdir

Hidup memang lucu, tidak ada yang pernah tau kemana kita akan berlabuh di esok hari. Terkadang kita pernah mencoba untuk meraih sesuatu hingga mengorbankan berbagai hal, namun entah kenapa justru malah dipertemukan dengan hal yang tak pernah kita inginkan sebelumnya, ya itulah takdir, begitu juga dengan tulisan ini tak pernah sebelumnya dalam benak pikiran, saya akan membuat tulisan ini, entah mengapa tiba-tiba tangan ini dan pikiran ini dihantarkan secara spontan untuk membuka blog dan membuat tulisan ini dikala kita sedang mengerjakan hal yang lain, hmmm sangat misterius. Di hari karantina yang entah sudah keberapa ini, rasa bosan terus menghantui hari demi hari, tawa, canda dan percakapan yang biasa dilakukan bersama kawan-kawan tak ada, semuanya hanya dilakukan secara virtual, ya melalui smartphone dan laptop, rasanya hampa dan entah sampai kapan ini akan berakhir, namun ya itulah takdir kita tak pernah menyangka sebelumnya apa yang hari ini kita alami akan terjadi. Pademik ini membawa berbagai perubahan pada dunia, tren-tren baru mulai bermunculan seperti work from home, kelas daring, bahkan siding skripsi pun daring wkwk, nasib-nasib untungnya udah sidang (peace), Lantas apalagi yang akan dilaksanakan secara daring ? emmm mungkin solat tarawih, solat ied, wisuda, atau juga mungkin resepsi, ah entahlah.  Berbicara mengenai takdir, terkadang otak ini berpikir keras, mengapa kita sampai berada di titik ini ? entah apa yang membuat kita berada di titik ini, namun pastinya hari ini merupakan akumulasi dari perbuatan-perbuatan masa lalu kita, maka dari itu jangan pernah berhenti berbuat kebaikan, entah sekecil apapun karena kita tidak pernah menyadari apa dampak yang akan terjadi kedepannya,. kebaikan -kebaikan kecil ini mengingatkan kita pada sebuah teori butterfly effect, berikut sedikit inforrmasinya hehe "Butterfly effect yang ditemukan oleh salah seorang ilmuwan bernama Edward Norton Lorentz kelahiran Amerika serikat yang berasal dari MIT dengan backgroundnya Matematika dan Meteorologi mencoba melakukan peramalan cuaca, dia mencoba menyelesaikan 12 persamaan diferensial taklinier dengan komputer, awalanya dia cetak hasil perhitungannya di atas sehelai kertas dengan format enam angka di belakang koma (….,506127) kemudian untuk menghemat waktu dan kertas ia memasukkan hanya tiga angka dibelakang koma (…,506) dan cetak berikutnya diulangi pada kertas sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Sejam kemudian ia dikagetkan dengan hasil yang berbeda dengan yang diharapkan". Hmmm sungguh mencengangkan, semoga kebaikan-kebaikan kecil kita hari ini kelak menjadi enentu nasib-nasib baik yang lainnya untuk hari esok.

Ananda Aransa, 17 April 2020

Comments

Popular posts from this blog

Curhat

My Graduation

Random